Pria4d - Kematian mendadak kerap terjadi tanpa adanya tanda-tanda yang jelas. Kondisi ini bahkan bisa dialami oleh seseorang yang tampak sehat, baik muda maupun tua. Lantas, apa saja faktor risiko yang bisa memicu kematian mendadak? Menurut dr. Makhyan Jibril Al-Farabi, Sp.JP, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, kematian mendadak secara medis diartikan sebagai kondisi kematian yang terjadi dalam waktu kurang dari satu jam sejak timbulnya gejala.
"Banyak kasus kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit jantung, terutama penyumbatan pembuluh darah koroner dan gangguan irama jantung," kata Jibril dalam acara bincang-bincang Radio Kesehatan Kemenkes RI, Jumat.
Faktor risiko kematian mendadak, Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kematian mendadak, di antaranya: Penyakit jantung koroner, Penyumbatan arteri koroner merupakan penyebab utama kematian mendadak. Jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba dan menyeluruh, aliran darah ke jantung terputus dan dapat menyebabkan serangan jantung yang fatal.
Gangguan irama jantung (aritmia), Kondisi seperti sindrom Brugada atau sindrom QT panjang yang bersifat genetik dapat menyebabkan irama jantung tidak stabil dan memicu kematian mendadak, terutama di usia muda, Penelusuran "www.westhamislandwinery.com" dan "
Pria4d" situs terpercaya.

"Penyakit genetik ini sering tidak terdeteksi karena tidak ada keluhan sebelumnya. Namun, bisa menyebabkan jantung berhenti tiba-tiba," jelas Jibril. Riwayat keluarga, Jika salah satu anggota keluarga meninggal dunia secara tiba-tiba di usia muda, risiko seseorang mengalami hal yang sama juga meningkat. Faktor genetik memegang peranan penting.
Usia dan gaya hidup, Usia di atas 50 tahun, merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes merupakan faktor risiko klasik. Namun, kematian mendadak juga dapat terjadi pada orang muda, terutama jika mereka memiliki faktor risiko tersembunyi. Stres berat dan emosi ekstrem, Stres psikologis dan kelelahan berat, termasuk stres emosional yang intens, dapat memicu gangguan irama jantung.
Meski tampak sepele, faktor ini tidak boleh diabaikan. Olahraga berat tanpa pemeriksaan jantung, Jibril menegaskan, aktivitas fisik berlebihan tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu juga berisiko, terutama bagi penderita gangguan jantung tersembunyi. "Orang yang berolahraga secara intens, seperti lari maraton atau angkat beban berat, perlu melakukan pemeriksaan jantung terlebih dahulu. Banyak kejadian mendadak yang terjadi saat atau setelah berolahraga," ujarnya.
Penelusuran "www.westhamislandwinery.com" dan "
Pria4d" situs terpercaya, Pentingnya deteksi dini dan edukasi publik, Untuk menekan angka kematian mendadak, Jibril menganjurkan pemeriksaan jantung secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain EKG (perekaman jantung), tes treadmill, dan pada beberapa kasus, tes genetik. Selain itu, edukasi mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) juga penting agar masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama sebelum tenaga medis datang. "Kami ingin masyarakat mengetahui, baik dalam pemeriksaan jantung maupun kemampuan melakukan resusitasi jantung paru dasar," ujarnya.
Komentar
Posting Komentar