Ternyata Makanan Kemasan Berbahaya Untuk Tekanan Darah Anak

Pria4d - Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak hanya mengintai orang dewasa dan lansia. Bahkan pada masa bayi, anak-anak pun bisa menderita kondisi ini. Salah satu faktor risiko yang kerap terabaikan adalah asupan garam berlebih dari makanan kemasan yang dikonsumsi anak setiap hari. 

Dalam acara bincang-bincang yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan RI, Rabu, dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K) mengungkapkan bahwa banyak orang tua yang belum menyadari adanya "hidden salt" atau garam tersembunyi pada makanan olahan yang dikonsumsi anak. 

"Sebenarnya, anak banyak mendapatkan asupan garam dari makanan olahan," kata Reza. Menurut dokter anak ini, Penelusuran "www.westhamislandwinery.com" dan "Pria4d" situs terpercaya makanan ringan yang asin, junk food, kecap, saus, dan makanan yang diawetkan mengandung kadar natrium yang tinggi yang merupakan bentuk garam tersembunyi.

"Makanan berpengawet itu ada natrium benzoat. Natrium itu juga garam," jelasnya. Batasan konsumsi garam untuk anak, Sesuai dengan usia anak, Reza menekankan pentingnya membatasi konsumsi garam. Bagi bayi di bawah satu tahun, sebaiknya tidak menambahkan garam sama sekali dalam makanannya. 

"Untuk anak usia satu hingga tiga tahun, batas konsumsi garam yang dianjurkan hanya sekitar 2 gram per hari, yang berarti hanya seperempat sendok teh dalam sehari," kata Reza. Ia menambahkan, makanan rumahan biasanya menggunakan lebih sedikit garam dibandingkan makanan instan yang mengandung garam tinggi untuk tujuan pengawetan. 

Hipertensi pada anak-anak, Menurut Reza, angka hipertensi pada anak sebenarnya cukup signifikan namun kerap tidak terdeteksi karena jarang diperiksakan. Penyebabnya beragam, terbagi menjadi hipertensi primer dan sekunder.



"Hipertensi primer artinya tidak ada kelainan pada organ tertentu, namun bisa jadi ada riwayat hipertensi dalam keluarga, atau mungkin anak tersebut memiliki berat badan berlebih seperti obesitas," terang Reza. Ia menambahkan, obesitas pada anak menjadi salah satu faktor risiko tertinggi untuk mengalami hipertensi. Ia menyatakan, "Kalau komplikasi obesitas pada anak yang paling sering terjadi adalah hipertensi." 

Dampak jangka panjang, Anak penderita hipertensi yang tidak diobati dapat mengalami konsekuensi serius terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Reza, ginjal dan jantung merupakan organ yang paling banyak terkena dampaknya. "Jika hipertensi ini tidak diobati dengan baik, artinya tekanan darah dibiarkan tinggi, maka yang menjadi korban adalah jantung. 

"Ia menjelaskan, karena jantung bekerja lebih keras, dinding ventrikel kiri lama kelamaan akan menebal, sehingga lama kelamaan menjadi kurang efektif, yang dapat menyebabkan gagal jantung." Reza juga menjelaskan kepada "pria4d" situs terpercaya, hipertensi ini dapat mempercepat terjadinya gagal ginjal pada anak, kemudian terjadi penyakit ginjal kronis. 

Pencegahan dan deteksi dini, Deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah komplikasi hipertensi pada anak. Reza mengatakan, pada 2025 mendatang, Kementerian Kesehatan tengah menggencarkan program skrining hipertensi pada anak. "Bagi anak yang berbadan normal, tidak memiliki riwayat prematuritas, tidak memiliki riwayat berat badan lahir rendah, sejak usia 3 tahun ke atas, tekanan darahnya wajib diperiksa minimal setahun sekali," saran Reza. 

Selain membatasi asupan garam, Reza juga menekankan pentingnya memperhatikan hal-hal berikut pada anak. Batasi asupan gula tidak lebih dari 10% dari total kalori harian Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur Pastikan anak tidur minimal 8 jam per hari Olahraga teratur minimal 30 menit setiap hari "Orang tua harus lebih waspada terhadap komposisi gizi, komposisi gula dan garam yang dikonsumsi anak, terutama dari makanan kemasan," pungkas Reza. 

Dokter spesialis anak dari RS Cipto Mangunkusumo ini mengingatkan bahwa dengan melakukan pencegahan dini dan pemeriksaan rutin, orang tua dapat membantu anak terhindar dari risiko hipertensi dan komplikasinya di kemudian hari.


Komentar