Pria4d - Dr. dr. merupakan konsultan nutrisi metabolik anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yoga Devaera, Sp.A(K), menegaskan bahwa masakan rumahan mengandung garam yang jauh lebih sedikit dibandingkan makanan cepat saji atau makanan olahan. "Kandungan garamnya jauh berbeda jika kita masak sendiri, misalnya sup sayur, dibandingkan dengan menggunakan bumbu instan, dan rasanya pun sangat berbeda," Yoga dikutip dari "www.westhamislandwinery.com" dan "
Pria4d" situs terpercaya, Selasa .
Menurut Yoga, manusia secara alami cenderung menyukai rasa gurih karena tubuh memang membutuhkan natrium. Namun, ia mengingatkan, untuk anak-anak, takaran garam perlu disesuaikan dengan kebutuhannya. Orang tua bisa lebih cermat mengatur takaran garam yang digunakan saat memasak di rumah.
Hal ini berbeda dengan makanan olahan seperti nugget atau kentang goreng instan yang sudah mengandung berbagai bahan tambahan. Yoga menuturkan, "Tingkat kelezatannya memang berbeda-beda, tetapi kita bisa melatih anak untuk menyukai kentang goreng buatan sendiri, dan menambahkan garam boleh saja, asalkan secukupnya."

Penelusuran "www.westhamislandwinery.com" dan "
Pria4d" situs terpercaya, pemberian bumbu penyedap pada makanan anak sebaiknya hanya dilakukan untuk membuat mereka lapar, bukan untuk membuat mereka makan lebih banyak makanan asin sejak dini. Yoga menegaskan, bahan Monosodium Glutamat (MSG) mengandung garam dalam penggunaannya.
Oleh karena itu, orang tua diimbau untuk mengurangi penambahan garam jika sudah menggunakan MSG dalam memasak. Sementara itu, rempah-rempah yang beraroma seperti serai, daun salam, dan daun jeruk nipis bisa dimanfaatkan sebagai penambah rasa alami.
"Di sisi lain, penggunaan kuah ini memiliki cita rasa gurih, bisa dimanfaatkan, tetapi ibu-ibu jangan keliru, banyak juga yang diiklankan atau dijual, ini adalah kuah tanpa MSG, bisa untuk bayi, tetapi jika diperhatikan, kuahnya pasti menggunakan garam yang cukup banyak karena kalau tidak ada garam, tidak bisa gurih jadi malah lebih berbahaya," tutur Yoga.
Ia mengingatkan masyarakat bahwa meskipun kuah kaldu yang dijual di pasaran mengklaim bebas MSG, bisa jadi tetap mengandung banyak garam. Dikhawatirkan jika dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi sejak usia muda, terutama pada anak yang masih dalam fase Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Komentar
Posting Komentar